Kamis, 23 Mei 2019

Posted by IKOM 2C On Mei 23, 2019
Puncak Surono 2018

“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda”. Itulah kata-kata filsuf Yunani yang disukai Soe Hok Gie, sehingga setiap akan mendaki selalu terngiang dibenak saya oleh kata kata bijak yang disukai Gie ini.Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 Mdpl merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah atau tertinggi ke-2 di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru 3.676 Mdpl tertinggi di Jawa Timur. Gunung Slamet adalah sebuah gunung api kerucut yang terletak di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.

Gunung Slamet selama ini memang menunjukan suatu keagungan dan itu tidak lain karena adanya asal usul dan berbagai cerita kuno yang beredar di masyarakat sekitar. Asal Usul Gunung Slamet ini memiliki nama yang baik dalam bahasa maupun maknanya. Misalnya menurut J. Noorduyn, seorang sejarawan asal belanda menyebutkan bahwa nama asli gunung tersebut adalah Gunung Agung. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa nama asli Gunung Slamet adalah Gora. Tokoh yang menyebutkan nama tersebut adalah Syekh Maulana Magribi,yaitu merupakan sahabat Syekh Siti Jenar.

Dibalik keindahan alamnya yang mempesona ternyata Gunung Slamet segudang cerita misteri, salah satunya Pos 4 Samaranthu berasal dari kata Samar dan Hantu yang pernah saya lewati ketika mendaki. Sedikit cerita waktu itu perjalanan dari Pos 3-4 membutuhkan waktu kurang dari 10 Menit. Setelah sampai di pos Samaranthu pukul 17.00 saya bertiga bersama teman saya beristirahat kurang lebih 30 menit, sepi tidak ada kecuali cuma kami bertiga. Banyak kejanggalan disini pertama jarang pendaki yang beristirahat disini, kedua ada dua pohon besar yang yang diselimuti lumut dan akar akar berbentuk seperti pintu. Konon pohon tersebut dipercaya sebagai pintu masuk kerajaan makhluk astral. Sedikit percaya ga percaya sih, coba nih teman teman liat.


Pos 4 Samaranthu
Dan ada lagi satu cerita ketika saya Summit Attack waktu menunjukan pukul 02.00 WIB. Salah satu teman saya sebut saja namanya Herlan, biasanya dia yang paling semangat ketika summit. Tapi kali ini dia agak aneh mulai dari sering melamun, terus selalu melihat ke arah pinggir saya. Okey saya jangan terbawa suasana, mencoba menghibur teman-teman adalah suatu kewajiban. Kemudian dibatas vegetasi sebelum menuju puncak saya melihat batu bertuliskan nama seorang pendaki yang gugu untuk menghormati korbanr. Dan akhirnya kali ini perasaan saya lega karena impian untuk mencapai puncak gunung slamet telat terwujud.

Ketika perjalan pulang, teman saya tadi menceritakan alasan kenapa dia banyak diam. Dia menceritakan bahwa waktu summit di pinggir saya ada sebuah makhluk bentuknya tinggi besar, yaa mungkin semacam jin yang menyerupai genderuwo wkwk. Tapi selama saya mendaki belum pernah sekalipun saya bertemu mahkluk semacam itu. Selalu ingat nasihat Dosen spiritual saya yaitu Emha Ainun Nadjib bahwa kita tidak boleh takut atau benci jin karena ini bumi kita bersama. Tuhan pernah bilang “Wahai sekalian jin dan manusia”(Ar-Rahman:33), ayat tersebut menjelaskan bahwa jin turun terlebih dahulu sebelum manusia loh. Jin teman kita atau bisa dibilang kakak tertua kita, cuma kita boleh melakukan hal hal yang sifatnya syirik kepada tuhan dan seterusnya.

Maulana Syamsul Hidayat (1810631190147)

0 komentar:

Posting Komentar